Khamis, 24 Disember 2015

SYAFAAT JUNJUNGAN BESAR NABI MUHAMMAD RASULULLAH SAW DI HARI KIAMAT




Berbagai Bentuk Syafaat Nabi Muhammad Rasulullah SAW di Akhirat


Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata: “Rasulullah SAW memberikan syafaat kepada manusia pada hari kiamat, iaitu dengan memberikan ketenangan pada waktu mereka dalam ketakutan. Rasulullah SAW juga memberikan syafaat dengan memohon keringanan azab untuk sebahagian orang-orang kafir, sebagaimana yang terjadi pada diri bapa saudara beliau Abu Thalib. Rasulullah SAW juga memberikan syafaatnya dengan memohon kepada Allah untuk mengeluarkan sebahagian orang mukmin dari seksa api neraka atau memohonkan mereka untuk tidak dimasukkan kedalam api neraka setelah ditetapkan bahawa mereka akan masuk neraka. Rasulullah SAW juga dapat memberikan syafaat bagi seseorang untuk masuk syurga tanpa melalui proses hisab atau dengan mengangkat darjat sebahagian mereka untuk boleh tinggal dalam syurga yang lebih tinggi.” (Fathul Bari syarah Shahih Bukhari)

Ibnu Abil Izz Al Hanafi (murid Ibnu Katsir) menyebutkan bahawa syafaat ada 8, iaitu :

1. Syafaat Udzma, ini khusus bagi Nabi Muhammad.
2. Syafaat Nabi Muhammad kepada kaum yang kebaikan dan keburukannya seimbang untuk masuk syurga.
3. Syafaat Nabi Muhammad kepada siapa yang disuruh masuk neraka untuk tidak memasukkinya.
4. Syafaat Nabi Muhammad untuk mengangkat darjat ahlul Jannah.
5. Syafaat Nabi Muhammad kepada suatu kaum untuk masuk Jannah tanpa hisab.
6. Syafaat Nabi Muhammad untuk meringankan azab neraka bagi siapa yang berhak mendapatkannya, seperti syafaat kepada bapa saudaranya Abu Thalib.
7. Syafaat Nabi Muhammad kepada segenap kaum mukminin agar diizinkan masuk syurga.
8. Syafaat Nabi Muhammad kepada para pelaku dosa besar dari kalangan umatnya yang masuk neraka agar keluar darinya.(Syarh Aqidah Thohawiyyah oleh Ibnu Abil Iz Al Hanafi)

Syafaat pada hari kiamat ada bermacam-macam seperti yang telah disebutkan dalam banyak hadis. Syafaat-syafaat tersebut diantaranya adalah:

1.  Syafaat Terbesar Al Udzma atau Al Kubra Nabi Muhammad di Padang Mahsyar

Dari Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda: “Pada suatu hari Rasulullah diberi daging, dengan dihidangkan kepada beliau bahagian lengan kambing dan beliau menyukainya. Lalu, beliau menggigitnya dengan hujung giginya. Kemudian beliau bersabda:

"Aku adalah pemimpin (tuan/sayyid) manusia pada Hari Kiamat. Apakah kamu sekalian mengerti mengapa demikian? Pada Hari Kiamat, Allah mengumpulkan semua manusia, yang dahulu dan yang akhir di suatu tempat. Lalu mereka mendengar suara penyeru. Pandangan pun tiada terhalang, dan matahari pun dekat. Manusia mengalami kesedihan dan kesulitan yang tiada mampu mereka tanggung dan mereka pikul. Maka, sebahagian di antara mereka berkata kepada sebahagian yang lain, “Tidakkah kamu tahu apa yang kamu alami? Tidakkah kamu tahu apa yang menimpamu? Tidakkah kamu cari siapa yang dapat memberimu kepada Rabb-mu?”

Sebahagian yang lain di antara mereka pun menjawab, “Datangilah Adam"

Kemudian mereka pun mendatangi Adam, dan berkata: "Wahai Adam, engkau adalah bapa manusia, Allah telah menciptakanmu dengan Tangan-Nya. Lalu Dia tiupkan kepadamu Ruh-Nya dan memerintahkan para Malaikat agar mereka bersujud (hormat) kepadamu. Maka mintalah kepada Rabb-mu syafaaat bagi kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang menimpa kami?”.

Nabi Adam menjawab: “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka yang tiada pernah Dia marah sebelum dan sesudahnya seperti itu. Rabb-ku pernah melarangku mendekati sebuah pohon (di syurga dulu), tetapi aku bermaksiat, melanggar larangan itu kerana nafsuku. Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Nabi lain selainku. Pergilah kalian kepada Nuh.”

Kemudian mereka mendatangi Nabi Nuh, lalu berkata : “Wahai Nuh, engkau adalah rasul pertama di bumi. Allah menyebutmu sebagai hamba yang sangat bersyukur. Maka mintakanlah kepada Rabb-mu syafaat untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang telah menimpa kami?”.

Nabi Nuh menjawab : “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya. Sungguh, dahulu aku pernah mendoakan jelek [yang tidak baik - penulis] untuk kaumku. Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Ibrahim.”

Kemudian manusia mendatangi Nabi Ibrahim, dan berkata: “Engkau adalah Nabi Allah dan Kekasih-Nya dari penduduk bumi. Mintakanlah kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”.

Kemudian Nabi Ibrahim pun menjawab, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya.” Nabi Ibrahim berkata, “Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Nabi lain selainku. Pergilah kalian kepada Musa.” (Nabi Ibrahim menyebutkan dusta yang telah dialaminya (ketika ia menghancurkan berhala – penulis))

Maka mereka pun mendatangi Musa, lalu berkata: “Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah. Allah telah memberimu keutamaan dengan risalah-Nya, dan firman-Nya kepadamu melebihi manusia lain. Maka mintakanlah syafaat kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang telah menimpa kami?”.

Nabi Musa menjawab: “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya. Sesungguhnya aku pernah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Isa.”

Lalu mereka mendatangi Nabi Isa, seraya berkata: “Wahai Isa, engkau adalah utusan Allah. Engkau telah berbicara kepada manusia ketika engkau baru lahir. Engkau terwujud dengan kalimah-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dengan tiupan roh dari-Nya. Maka, mintakanlah syafaat kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”.

Nabi Isa menjawab: “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya.” Kata Nabi Isa selanjutnya, “Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Muhammad.” (Nabi ‘Isa tidak menyebutkan dosa yang pernah dialaminya)

Kemudian mereka mendatangiku, dan berkata : “Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah, engkau adalah Penutup para Nabi, Allah telah memberikan ampunan atas dosa yang telah engkau lakukan (seandainya ada). Maka, mintakanlah syafaat kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”.

Maka aku (Nabi Muhammad) pergi dan mendatangi Tahtal ‘Arsy (ke bawah ‘Arsy). Lalu aku bersujud kepada Rabb-ku. Kemudian Allah memberiku pertolongan dan pemberitahuan yang tidak pernah Dia berikan kepada seseorang sebelum aku. Dia berfirman, “Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah, maka engkau akan diberi. Mintalah syafaat, maka engkau akan diizinkan untuk memberi syafaat.”

Lalu aku mengangkat kepalaku, dan aku mengatakan : "Ya Allah, tolonglah umatku! Tolonglah umatku!”

Aku dijawab: “Wahai Muhammad, masukkanlah ke syurga umatmu yang bebas hisab dari pintu kanan syurga, dan selain mereka melalui pintu yang lain lagi.”
Demi Allah yang menguasai diri Muhammad, sesungguhnya antara dua daun pintu di syurga sebanding antara Mekah dan Hajar atau antara Mekah dan Basra.
(HR. Muslim no. 194)

2.  Syafaat Nabi Muhammad kepada Kaum yang Kebaikan dan Keburukannya Seimbang (Ashabul A’raf) untuk Masuk Syurga

Orang mukmin yang mempunyai kebaikan dan keburukan yang seimbang (ashabul a’raf), maka mereka berada di antara batas syurga dan neraka. Ketika mereka melihat ke arah syurga, mereka ingin dapat memasukkinya. Tetapi ketika mereka melihat ke arah neraka, mereka memohon kepada Allah agar tidak dimasukkan ke dalamnya.

Allah berfirman: “Dan di antara keduanya (penghuni syurga dan neraka) ada batas; dan di atas A’raf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. dan mereka menyeru penduduk syurga: “Salaamun ‘alaikum [Mudah-mudahan Allah melimpahkan kesejahteraan atas kalian]“, mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya). Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu. Dan orang-orang yang di atas A’raf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: “Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat kepadamu.” (QS. Al A’raf 46-48)

Hudzaifah berkata: “Ashabul A’raf adalah kaum yang mana antara kebaikan dan keburukan mereka seimbang, kemudian Allah berfirman kepada mereka: “Masuklah syurga dengan anugerah dan ampunan-Ku, pada hari ini janganlah kalian takut dan janganlah kalian bersedih hati. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam Tafsirnya, 12/453, no 14688. Atsar yang serupa dengan ini juga diriwayatkan oleh Al-Jama’ah)

Ibnu Katsir berkata: “Semua pendapat ini adalah saling berdekatan, yang kembali kepada satu makna iaitu mereka ashabul a’raf adalah golongan yang kebaikan dan keburukannya sama”. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/121)

Ibnu Mas’ud berkata : “Ketika mereka (ashabul a’raf) berada di atas Sirath, mereka boleh mengetahui keadaan penduduk syurga dan penduduk neraka. Maka apabila mereka melihat keadaan penduduk syurga mereka berkata: “Keselamatan bagi kalian”, dan ketika mereka mengalihkan pandangan mereka ke sebelah kiri mereka boleh melihat penduduk neraka, mereka berkata : “Ya Allah jangan jadikan kami bersama orang-orang zalim”. Mereka berlindung kepada Allah dari neraka yang mereka lihat itu. Adapun orang yang banyak berbuat kebaikan, maka mereka diberi cahaya, yang mana cahaya itu berada di depan mereka dan samping kanan mereka dan mereka berjalan dengannya. Pada hari itu setiap hamba dan umat diberi cahaya. Maka ketika mereka semua sampai di atas Sirath, Allah mencabut cahaya orang-orang munafik, ketika ahli surga melihat apa yang terjadi pada orang munafik maka mereka berkata : “Ya Tuhan kami sempurnakanlah cahaya kami”. Adapun ashabul a’raf cahaya mereka hanya ada di arah depan saja. Itulah yang difirmankan oleh Allah : “Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya).” (Tafsir Ath-Thabari 12/454, juga disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, 3/419)

Ashabul a’raf tertahan di antara batas syurga dan neraka. Mereka hanya dapat memasuki syurga setelah mendapat syafaat dari Nabi Muhammad SAW. Imam Ath-Thabrani meriwayatkan, bahawa Ibnu Abbas berkata: “Orang-orang yang berlumba-lumba dalam kebajikan memasuki syurga dengan tanpa hisab, orang yang pertengahan memasuki syurga dengan rahmat Allah, dan orang yang menzalimi diri mereka sendiri dan ashabul a’raf mereka masuk syurga dengan syafaat dari Nabi Muhammad SAW.” (Al-Mu’jam Al-Kabir Lith-Thabrani, 9/391, no 11292)

Ibnu Katsir berkata: “Ketika menjelaskan keadaan kaum muslimin di hari kiamat nanti berdasarkan ayat ini, Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu berkata : “Orang yang lebih dahulu berbuat kebaikan akan masuk syurga dengan tanpa hisab dan orang yang muqtasid akan masuk ke syurga dengan rahmat Allah, sedangkan orang yang menzalimi dirinya sendiri dan ashabul a’raf akan masuk syurga dengan syafaat Nabi Muhammad SAW.” (Tafsir Ibnu Katsir III/556)

3.  Syafaat Nabi Muhammad kepada Calon Penghuni Syurga yang Berada di Luar Pintu Syurga Agar Segera Masuk Syurga

Pintu-pintu syurga dapat dibuka dengan izin Allah melalui syafaat Nabi Muhammad SAW. Dalil tentang syafaat ini boleh ditemui dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : "Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Rabb-nya dibawa ke syurga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke syurga itu, sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka para penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu. Maka masukilah syurga ini, sedang kamu kekal di dalamnya." (QS. Az Zumar: 73)

Rasulullah SAW bersabda: “Aku akan mendatangi pintu syurga pada hari kiamat, lalu aku meminta agar pintu tersebut dibuka. Penjaga pintu syurga bertanya: Siapakah engkau? Aku menjawab: Muhammad. Penjaga itu berkata: Aku diperintahkan agar tidak membukakannya untuk siapa pun sebelum engkau.” (HR. Muslim, no. 292)

Diriwayatkan dari Anas bin Malik,Nabi SAW bersabda: “Aku adalah manusia yang paling banyak pengikutnya pada hari Kiamat. Dan akulah orang pertama yang mengetuk pintu syurga.”(HR. Muslim, no. 290)

Syafaat ini adalah salah satu syafaat khusus yang Allah berikan kepada Nabi kita, Muhammad SAW dan tidak diberikan kepada Nabi atau Rasul yang lainnya. Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan bahawa tidak ada yang masuk syurga, kecuali setelah syafaat Rasulullah berdasarkan hadis di atas.

4.  Syafaat Nabi Muhammad kepada Bapa Saudaranya Abu Thalib Agar Diringankan Azabnya

Dari Abbas bin Abdul Muthalib berkata: “Wahai Rasulullah, apakah engkau boleh memberi manfaat kepada Abu Thalib, sebab dia dulu memeliharamu dan membelamu?” Jawab beliau: “Benar, dia berada di neraka yang paling ringan, kalau bukan keranaku nescaya dia berada di neraka yang paling bawah.“ (HR. Bukhari no. 3883, 6208, 6572, Muslim 209)

Dari Abu Sa`id Al Khudri, berkata: Disebutkan di sisi Rasulullah bapa saudaranya Abu Thalib, maka beliau bersabda: ”Semoga syafaatku bermanfaat baginya kelak di hari kiamat. Kerana itu dia ditempatkan di neraka yang paling ringan, api neraka mencapai mata kakinya lantaran itu otaknya mendidih”. (HR.Bukhari 3885, 6564, Muslim 210)

Azab neraka yang akan diterima oleh Abu Thalib adalah menggunakan alas kaki dari api neraka yang akan membuat otaknya mendidih. Syafaat ini khusus untuk Rasulullah SAW. Tidak ada seorang pun yang dapat memberikan syafaat kepada orang kafir, kecuali Nabi Muhammad SAW. Syafaat beliau SAW kepada Abu Thalib tidaklah diberikan atau dikabulkan secara sempurna, akan tetapi sekadar meringankan azab Abu Thalib, lantaran di dunia dia membela anak saudaranya dari gangguan kaum kafir Quraisy. Abu Thalib tidak boleh keluar dari neraka kerana beliau tidak mahu mengucapkan kalimat tauhid “Laa ilaaha illallaah” menjelang wafatnya sehingga beliau mati dalam keadaan kafir.

5.  Syafaat Nabi Muhammad kepada Kaum Mukminin Agar Boleh Masuk Syurga Tanpa Hisab

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda (ketika memberitahu tentang syafaat Al Udzma) : "Aku dijawab: “Wahai Muhammad, masukkanlah ke syurga umatmu yang bebas hisab dari pintu kanan syurga, dan selain mereka melalui pintu yang lain lagi."" (HR. Muslim no. 194)

SAW memberitahu tentang orang-orang yang masuk syurga tanpa hisab, beliau bersabda: “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah, tidak pernah minta diubati dengan cara jampi serapah [dukun/sihir], tidak tahayul dan hanya bertawakal kepada Rabb mereka.” Ukasyah bin Mihshan berdiri dan mengatakan: “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar aku termasuk golongan mereka.” Rasulullah menjawab: “Engkau termasuk golongan mereka.” Sahabat yang lain lantas berdiri dan mengatakan: “Berdoalah kepada Allah agar aku termasuk di antara mereka." Rasulullah bersabda: “Engkau sudah mendahuluinya Ukasyah.” (HR. Bukhari 5705 dan Muslim 220)

6.  Syafaat dari Allah, Para Nabi, Para Malaikat, dan Kaum Mukminin kepada Para Penghuni Neraka yang Beriman Agar Dikeluarkan dari Neraka

Dari Abu Sa’id Al Khudri bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘Para malaikat telah memberikan syafaat, para nabi juga sudah memberikan syafaat, dan kaum mukminin pun sudah memberikan syafaat. Maka tidak ada lagi yang lain, kecuali Allah – Arhamur Rahimin. Maka Allah mengambil sekelompok orang dengan satu genggaman-Nya dari neraka. Lalu Dia mengeluarkan dari neraka sekelompok orang yang tidak pernah berbuat kebaikan sama sekali.” (HR. Bukhari dalam Fathul Bari XIII/421 hadis no. 7439 Kitab At Tauhid Bab 24 dan Muslim dalam Shahih Muslim Syarh Nawawi III/32 hadis no. 453)

6.a.  Syafaat dari Allah

Dibawakan oleh Hammad bin Zaid, ia berkata: Aku bertanya kepada Amr bin Dinar: “Apakah engkau mendengar Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu membawakan hadis dari Rasulullah SAW, bahawa beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mengeluarkan sekelompok orang dari neraka dengan syafaat?” Amr bin Dinar menjawab: “Ya.” (HR. Bukhari dalam Kitab Ar Riqaq Bab Shifatil Jannah wan Naar no. 6558 Fathul Bari XI/416 dan Muslim Kitab Al Iman Bab Adna Ahlil Jannah Manzilatan Fiha III/49 no. 470 Syarh Nawawi)

Dari Abu Sa’id Al Khudri bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Maka Allah berfirman: Para Malaikat, para Nabi, orang-orang yang beriman memberikan syafaat, dan tidak ada yang tersisa kecuali lalu Allah Yang Maha Pengasih akan menggenggam satu atau dua genggaman dari neraka kemudian mengeluarkan dari neraka itu kaum, yang tidak pernah dari kaum itu beramal dengan amalan yang baik sedikit pun, sedang mereka telah terbakar dan menjadi arang. Kemudian ditumpahkan pada mereka Al Hayaat (air kehidupan) sehingga mereka pun tumbuh seperti biji bercambah. Lalu keluarlah jasad mereka kembali bagaikan mutiara dan pada bahu mereka tertulis “Bebas dari neraka”, dan dikatakanlah pada mereka, “Masuklah kalian kedalam syurga.” Diriwayatkan oleh Ahmad no. 11917 berkata Syaikh Syuaib Al Arna’uth bahawa Hadis ini sanadnya shahih sesuai dengan syarat Shahih Imam Al Bukhari dan Imam Muslim, dan diriwayatkan oleh Al Imam Abdurrozaq no: 20857.

6.b.  Syafaat dari Para Nabi

Dari Imran bin Hushain dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Akan keluar sekelompok orang dari neraka kerana syafaat Muhammad SAW (dalam suatu lafaz yang lain: “Kerana syafaatku”). Lalu mereka masuk ke dalam syurga. Mereka dinamakan Jahannamiyyun.” (HR. Abu Dawud dalam Shahih Abu Dawud Kitab As-Sunnah Bab fii Asy-Syafaah hadis no. 4740 dan Ibnu Majah dalam Shahih Ibnu Majah Kitab Az Zuhd Bab Dzikri Asy Syafaah hadis no. 3501)

6.c.  Syafaat dari Para Malaikat

Allah berfirman: “Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diredhai-Nya.” (QS. An-Najm: 26)

Abu Hasan Al-Asyari berkata: “Kalau ada orang yang bertanya tentang Firman Allah: “Dan mereka (malaikat) tiada memberi syafaat, melainkan kepada orang yang diredhai-Nya(QS. Al-Anbiya: 28). Maka jawabnya: Mereka (malaikat) itu hanya memberi syafaat kepada orang-orang yang diredhai Allah.” (Al-Ibanah An-Ushul Ad-Diyanah oleh Abu Hasan Al-Asyari)

6.d.  Syafaat dari Kaum Mukminin

Dari Abu Sa’id al Khudri radhiyallahu ‘anhu, melalui jalan riwayat lain, iaitu dari ‘Atha’ bin Yasar, Nabi SAW bersabda: “Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya. Tidak ada seorang pun di antara kamu yang lebih bersemangat di dalam menyerukan permohonannya kepada Allah untuk mencari cahaya kebenaran, dibandingkan dengan kaum Mukminin ketika memohonkan permohonannya kepada Allah pada hari Kiamat untuk (menolong) saudara-saudaranya sesama kaum Mukminin yang berada di dalam neraka. Mereka berkata: “Wahai Rabb kami, mereka dahulu berpuasa, solat dan berhaji bersama-sama kami”. Maka dikatakan (oleh Allah) kepada mereka: “Keluarkanlah oleh kalian (dari neraka) orang-orang yang kalian tahu!” Maka bentuk-bentuk fisik mereka pun diharamkan bagi neraka (untuk membakarnya). Kemudian orang-orang Mukmin ini mengeluarkan sejumlah banyak orang yang dibakar oleh neraka sampai pada pertengahan betis dan lututnya.” [HR. Bukhari dan Muslim. Lihat Fathul Bari (XIII/421), hadis no. 7439, Kitab at Tauhid, Bab 24, dengan lafaz berbeza. Dan lihat Shahih Muslim Syarh Nawawi, tahqiq Khalil Ma’mun Syiha (III/32), hadis no. 453. Lafaz hadis di atas adalah lafaz Imam Muslim]

7.  Syafaat Mukminin kepada Para Calon Penghuni Neraka yang Beriman Agar Tidak Jadi Masuk Neraka

Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah sesuatu jenazah disolatkan oleh sekelompok orang Islam yang jumlah mereka mencapai 100, semuanya memintakan syafaat untuknya, melainkan syafaat itu akan diberikan pada dirinya.” (HR. Muslim no. 947, 58)

Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang muslim meninggal dunia, lalu jenazahnya disolatkan oleh 40 orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, melainkan Allah akan memberikan syafaat kepadanya.” (HR. Muslim no. 948, 59)

Rasulullah SAW bersabda: "Bahawa pada hari kiamat anak-anak kecil akan berdiri lalu dikatakan kepada mereka, ”Masuklah ke syurga!” Merekapun menjawab,”(Kami akan masuk) jika bapa dan ibu kami masuk juga ke syurga.” Maka diserukan kepada anak-anak kecil itu, ”Masuklah kalian dan bapa (orang tua) kalian ke syurga!(HR. Ahmad dalam Musnad-nya 28/174 dan dinilai baik oleh Al-Arna’uth. Hadis ini dikuatkan oleh hadis-hadis shahih lain yang semakna oleh Imam Muslim, An-Nasai dan yang lainnya. Lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhib dan juga Fatawa Al-Azhar 8/104

8.  Syafaat Kaum Mukminin kepada Sesamanya Untuk Mengangkat Darjat Mereka di Syurga

Rasulullah SAW mendoakan sahabatnya, Abu Salamah radhiyallahu 'anhu : "Ya Allah, ampunilah Abu Salamah, angkatlah darjatnya kepada golongan orang-orang yang diberi petunjuk, lapangkanlah kuburnya...". (HR. Muslim)

Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya, Allah 'Azza wa Jalla boleh sahaja mengangkat darjat seorang hamba yang soleh di syurga kelak. Si hamba itu akan bertanya, “Ya Rabbi, bagaimana aku boleh mendapatkan darjat sehebat ini?” Allah berfirman, “Kerana permohonan ampun dari anakmu.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath-Thabrani dalam Al-Awsath. Disebutkan oleh Al-Haitsami dalam Majma’uz Zawaid X : 210)

Said bin Jubair berkata, dari Ibnu Abbas ia berkata: “Apabila seseorang masuk syurga, dia bertanya tentang orang tuanya, isteri dan anaknya. Lalu diberitahukan padanya bahawa mereka tidak sampai pada tingkatan syurganya, maka dia berkata, ‘Wahai Rabbku, Engkau mengetahui kecintaanku terhadap mereka, lalu Allah memerintahkan agar mengangkat keluarganya berkumpul dalam satu syurga. Ibnu Abbas kemudian membacakan ayat “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur: 21)

Sa’id bin Musayyib berkata: “Seseorang diangkat darjatnya kerana doa anaknya setelahnya.” (Muwatha’ Kitab Al-Qur’an Bab Al-‘Amal Fid Du’aa no. 38)

9.  Syafaat dari Puasa dan Al-Qur’an

Dari Abdullah bin ‘Amr bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak. Puasa akan bertanya: “Wahai Rabb-ku. Aku telah menahannya dari makan pada siang hari dan nafsu syahwat. Kerananya, perkenankan aku untuk memberi syafaat kepadanya.” Sedangkan Al-Qur’an berkata: “Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari. Kerananya, perkenankan aku untuk memberikan syafaat kepadanya.” Maka keduanya pun memberikan syafaat.” (HR. Ahmad II/174 dan Hakim I/554. Dishahihkan oleh Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi. Al-Haitsami berkata: “Diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani dalam Mu’jam Kabir. Rijal hadis ini rijal shahih” (Majma’uz Zawaid III/181). Dishahihkan oleh Albani dalam Tamamul Minnah halaman 394)

Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu bahwasanya dia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Bacalah Al-Qur’an. Sesungguhnya Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi sahabatnya.” (HR. Muslim no. 804)

Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Bacalah oleh kalian dua bunga, iaitu surah Al-Baqarah dan Surah Ali ‘Imran. Kerana keduanya akan datang pada hari kiamat seakan-akan keduanya dua awan besar atau dua kelompok besar dari burung yang akan membela orang-orang yang sentiasa rajin membacanya. Bacalah oleh kalian surat Al-Baqarah, kerana sesungguhnya mengambilnya adalah barakah, meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak akan mampu menghadapinya.” (HR. Muslim 804)

Dari An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi radhiallahu ‘anhu berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Akan didatangkan Al-Qur`an pada Hari Kiamat kelak dan orang yang rajin membacanya dan sentiasa rajin beramal dengannya, yang paling depan adalah surat Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran, keduanya akan membela orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim 805)

Jika ada yang bertanya:
Bukankah hadis-hadis tentang adanya syafaat seperti syafaat seorang anak kepada bapanya ditolak oleh ayat Al-Qur’an: “Hai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapa tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapanya sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS. Luqman: 33)

Maka jawapannya:
Ayat di atas (QS. Luqman: 33) berkaitan dengan orang-orang kafir

Ibnul Jauzi mentafsirkan firman Allah SWT  يا أيها الناس اتقوا ربكم  “Hai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu” bahawa para mufasir mengatakan,”Ayat ini ditujukan untuk orang-orang kafir di Mekah.” Dan firman Allah SWT  “لا يجزي والد عن ولده  “seorang bapa tidak dapat menolong anaknya sedikit pun dari kejahatan dan kezalimannya. Muqotil mengatakan bahawa yang dimaksud adalah orang-orang kafir. (Zaad al Masir juz V halaman 112)

Hal ini seperti syafaat Nabi Ibrahim untuk ayahnya yang kemudian ditolak Allah SWT seperti apa yang diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi saw, ”Pada hari kiamat Ibrahim menemui ayahnya Azar dan tampak wajahnya gelap dan tertutupi debu. Lalu Ibrahim berkata kepadanya, ’Bukankah aku telah mengatakan kepadamu untuk tidak maksiat.’ Ayahnya berkata, ’Hari ini aku tidak akan maksiat terhadapmu.’ Ibrahim pun berkata, ’Wahai Allah, sesungguhnya Engkau pernah berjanji kepadaku bahawa Engkau tidak akan menghinakanku pada hari mereka dibangkitkan, maka kehinaan yang mana yang lebih hina dari mendapati ayahku yang jauh (dari rahmat-Mu).’ Lalu Allah berfirman,’Sesungguhnya Aku mengharamkan syurga buat orang-orang kafir.’ Kemudian dikatakan kepada Ibrahim, ’Wahai Ibrahim apa yang ada di bawah kedua kakimu.’ Lalu Ibrahim pun melihatnya dan ternyata ia adalah seekor serigala berbintik-bintik maka dipeganglah kaki-kakinya dan dilemparkan ke neraka.” (HR. Bukhari)

Adapun untuk orang-orang yang beriman/bertauhid, maka ada syafaat seperti yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya: “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya

"Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meredhai perkataannya. (QS. Thaha : 109)

Abu Hurairah bertanya: “Ya, Rasulullah.  Siapakah orang yang paling bahagia dengan syafaatmu pada hari kiamat?” Rasulullah bersabda: “Sungguh aku telah menyangka bahawa tidak ada seseorang yang lebih dahulu bertanya tentang ini kecuali engkau kerana semangatmu dalam mencari hadis.” Rasul bersabda: “Orang yang paling bahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah dengan ikhlas dari hatinya.” (HR. Bukhari no. 99)

Ibnu Abbas berkata: “Orang yang Allah redhai perkataannya, iaitu orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah. Dengan kata lain, Allah tidak akan memberikan syafaat kepada selain mukmin.” (Tafsir Al Baghawi III/195 Cetakan Daar Al Kutub Al Ilmiyyah)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : ”Syafaat, sebabnya adalah tauhid kepada Allah, dan mengikhlaskan agama dan ibadah dengan segala macamnya kepada Allah. Semakin kuat keikhlasan seseorang, maka dia berhak mendapatkan syafaat. Sebagaimana dia juga berhak mendapatkan segala macam rahmat. Sesungguhnya, syafaat adalah salah satu sebab kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Dan yang paling berhak dengan rahmat-Nya adalah ahlut tauhid dan orang-orang yang ikhlas kepada-Nya. Setiap yang paling sempurna dalam mewujudkan kalimah ikhlas (Laa ilaaha illallaah) dengan ilmu, keyakinan, amal, dan berlepas diri dari berbagai bentuk kesyirikan, taat kepada kalimah tauhid, memusuhi orang yang menolak kalimah ini, maka dia yang paling berhak dengan rahmat Allah. (Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, XIV/414 dengan ringkas)